KiPerPon: Berburu Bintang Terang

KiPerPon : Kisah Perjalanan Ponirin

“Berburu Bintang Terang”

Sebuah Catatan Perjalanan


Pagi ini berlalu begitu cepat

Rencana awal berangkat pukul 5 pagi pun molor

Jam 07.30, aku tiba di halte bus Kebon Jeruk. Sebuah bus Arimbi tujuan Bandung aku acuhkan.

Memang pagi ini aku mau ke Bandung, tetapi Bandung wilayah timur,dan aku berpikir sebaiknya naik bus tujuan Tasik atau Garut agar bisa turun dari Cileunyi.

Kemudian sebuah Primajasa membawaku menuju terminal Kampung Rambutan

Jam delapan lebih sedikit aku sudah berada di terminal Kampung Rambutan,dan membayar peron seribu perak. Aneh sih,di terminal  Jogja ataupun Surakarta sudah tidak ditarik peron lagi.

Di ruang tunggu,aku memantau bus tujuan Tasik atau Garut,namun yang tersedia hanya Budiman kelas executive tujuan Tasik, sementara kompatriotnya, Primajasa, baik tujuan Tasik ataupun Garut tidak kelihatan

Sebuah bus Medal Sekarwangi membuatku berubah pikiran. Bus jurusan Sumedang-Wado ini juga melewati Cileunyi,dan aku juga belum pernah naik Medal Sekarwangi.

Oke aku putuskan naik bus ini.

Sebuah Mercedes Benz tua dengan interior made in embuh gak ruh,pokoknya serba aneh, dari jurusannya asing,dan penumpang di sini berbahasa Sunda yang membuatku tak mudeng dan mending nanti tidur aja hehehe...

                                              di dalam bus Medal Sekarwangi

Jam 9 lebih sepuluh menit, bus berangkat.

Aku mulai menghitung waktu , kira-kira menuju Bandung butuh waktu paling apes 5 jam,karena ini hari libur, sampai di sana kira-kira jam 2 siang, lalu aku menuju lokasi di Pasirjati kira-kira 1 jam sudah termasuk perjalanan dan nego harga dengan seller,kemudian menuju Stasiun Besar Bandung 1 jam perjalanan lagi...So hitung saja,sekarang jam 09.15 + 7 jam , jadi aku sampai di stasiun besar Bandung jam 16.15, sementara aku sendiri sudah pegang tiket kereta Mutiara Selatan tujuan Yogyakarta yang akan berangkat pukul 16.50..

Wuiih..ngepresss... Semoga lancar jaya urusannya

Memang rencana perjalanan ke Bandung ini seperti tahu bulat, yang digoreng dadakan, padahal sebetulnya Sabtu malam tadi seharusnya sudah melaju dengan KA Tawang Jaya,dan akhirnya kuhanguskan tiket Tawang Jaya,karena males ngurusnya dan duit yang kembali gak seberapa.

Bus berjalan memasuki tol arah Cikampek, dan di sinilah harapan menipis

“bus lewat Cipali ya, Bandung macet..”.kata kondektur

Ajur wesss...

Harapan seakan menjadi jaya saat bus ini tetap masuk tol Cipularang...Eee la kok cuma kontrol saja,setelah kontrol ,exit tol Sadang...di situ bayar tol,kemudian putar arah menuju Cipali...

Degup jantung semakin tak karuan...apakah aku akan ketinggalan kereta?

Aku browsing kereta dari Bandung tujuan Yogyakarta yang berangkat lebih malam dari Mutiara Selatan...sialnya hanya tinggal kereta Turangga,sementara Lodaya sudah soldout...kampretosss...

Kenapa tidak naik bis malam saja? Ya karena Senin dinihari ada motojipi,dan itu tontonan wajib ,secara kereta Mutiara Selatan dijadwalkan tiba di Yogyakarta jam 01.24, dan motojipi mulai jam 02.00, pas to?

Kembali ke dalam bus Medal Sekarwangi, bus exit tol Cikedung....

Dan menyusuri jalan alternatif menuju Kadipaten,ee la kok mampir RM Dian Sari, bareng sama bus bis Dedi Jaya.

Aku turun,sekedar buang air kecil,kemudian liat google maps, Cikedung ke Sumedang masih 1 jam 15 menit lagi....nek lancar....



Dan aku hitung, Sumedang ke Cileunyi kira-kira 2 jam

Sekarang jam  11.50, ditambah 3 jam 15 menit, maka jam 15 lebih 5 menit baru sampai Cileunyi, dan menuju lokasi butuh 1 jam, ketemunya jam 16 lebih 5 menit, belum perjalanan menuju stasiun besar Bandung...ediiyaannn... iso ketinggalan sepur tenan ki...

Nah pertanyaannya,dari Sumedang ke Cileunyi  naik apa,inilah kuncinya agar bisa pangkas waktu,seharusnya jam 2 siang sudah tiba Cileunyi,tapi hitunganku malah masih di Sumedang dan  masih harus lanjutin ke Cileunyi

Dan jam 12.10 Medal Sekarwangi diberangkatkan lagi,setelah melewati Kadipaten kemudian Cadas Pangeran

Dan akhirnya tiba di Sumedang jam 13.20.

Aku turun dan kusamperin angkot

“mang, kalo ke Cileunyi naik yang mana?”

“ikut saya,nanti turun di perempatan depan,ambil dari sana”

Waktu terus berjalan..sudah jam 13.35

Dan di sebuah perempatan aku turun.

Banyak angkot ngetem tujuan Cileunyi

Kusamperin angkot yang kosong

“Mang,ini ke Cileunyi ya?”,tanyaku
“sok,naik aja”
“mau anter saya? Saya carter aja, biasanya berapa?”

Kupaksa kulakukan,nyarter angkot menuju lokasi,karena memang waktu yang sudah mepet banget. Dan mana ada di sini taksi online,jikapun ada,bayarnya gak beda jauh dengan nyarter angkot.

“biasanya sih 150”
“ayo..”

Aku tak menawar lagi,dan angkot ini mendadak  berubah menjadi PATAS CEPAT jadi-jadian yang membawaku seorang diri ke Cileunyi. Pintu lipat tempat masuk penumpang ditutup,pertanda angkot ini membawa penumpang Super VVIP hahahaha...

Sepanjang jalan, sopir ini banyak cerita dengan logat Sunda nya


                    PATAS CEPAT jadi-jadian,alias nyarter angkot Sumedang-Cileunyi

Kebetulan beliau beristri yang asalnya memang sekitar Cileunyi,jadi dia hapal daerah sana.
Aku pun kontak dengan seller ,kami sudah janjian,dan sebagai buyer yang baik aku kudu tepati janji.

Aku berhitung waktu, seharusnya jam 15.30 urusan sudah selesai, tapi sepertinya kok mustahil

Apa aku batalkan saja transaksi dengan seller?

Ah pikir nanti saja,sekarang saatnya menikmati panorama Cadas Pangeran - Cileunyi yang memang menawan hehehe...

Ternyata perhitungan meleset, jam 15.20, kami baru tiba di Cileunyi

Dan hujan deras mulai turun..

Satu setengah jam lagi,kereta Mutiara Selatan akan berangkat,dan urusanku belum kelar...!!!

Jam 15.50, kami sudah berada di dekat lokasi di depan kantor kecamatan Cilengkrang,tapi salah jalan, aku telpon seller, gak diangkat...



Sudah mau aku batalkan saja transaksinya...

Ternyata ada dering telpon masuk...

“maju dikit lagi ,nanti ada pagar abu-abu” ,kata Pak Risa,beliau adalah seller, yang memang belum pernah aku bertemu dengannya. .Pak Risa ini bukan bapaknya mbak Raisa...dadi ojo salah,gak enek hubungane.

Oke...dan benar, akhirnya ketemu dengan Pak Risa.

Dan sebuah Bintang Terang yang sudah memudar termakan usia nampak teronggok tak berdaya di dalam garasi.

Inilah broompit yang aku cari hingga ke seluruh pelosok negeri,Binter AR 125,ternyata salah satu unitnya yang masih berbentuk broompit terdampar di bumi Parahyangan.

Bintang Terang atau disingkat Binter, sinarnya meredup setelah pakbos Edi Tanzil terlibat kasus dan menghilang entah kemana. Broompit Binter AR125 dan konco-konconya yang bermesin Kawasaki ini pun satu persatu rontok karena suku cadangnya yang memang susah dilacak.Nasibnya lebih buruk dari saudaranya, Binter Merzy KZ200, yang justru suku cadangnya masih melimpah hingga saat ini.

Sebuah tantangan menanti di depan mata, merestorasi sang legenda Bintang Terang ini, yang kisahnya nyaris berakhir di tukang loak besi tua,kembali berlari cepat seperti pada eranya,dan membuat sang bintang kembali terang. Saat dia lahir,aku masih suka bermain kelereng,belum tau apa itu keistimewaan broompit ini.

Kalo broompit keluaran baru ,itu enak,beli tinggal isi bensin trus pancal, beda dengan merestorasi broompit yang usianya lebih dari 30 tahun ini. Selain harus berjiwa builder dan telaten ngumpulin suku cadangnya, ‘pelurunya’ pun harus cukup banyak,karena suku cadangnya yang harganya suka-suka yang jual.

                                  Binter AR,diapit Honda CR dan Suzuki TS125

Setelah berbasa-basi sejenak,akhirnya aku berkata “ maaf pak, saya gak bisa lama-lama,kereta saya jam 5 sore berangkat”

“ini saya DP dulu saja,minggu depan saya lunasi”
“Ooh..ya ga apa-apa mas..”

Akhirnya aku segera pamit, dan kembali diantar angkot yang aku carter menuju pangkalan ojek.

“ke stasiun berapa?”,tanyaku kepada ojek
“50 ribu ya, sewa helm 5 ribu”
“ayo berangkat”

Aku pun berpamitan dengan sopir angkot dari Sumedang,yang bersedia mengantar,tak lupa dia juga mengucapkan terimakasih karena hari dapat rejeki dari saya tanpa susah payah ngetem menunggu penumpang...Sebagai manusia,kita harus saling menolong pak, saya ada kepentingan,dan saya juga gak mau bapak pulang dengan tangan kosong.

Oke urusan dengan seller selesai,sekarang menuju stasiun besar Bandung naik ojek.

Sore itu ,Bandung hujan rintik-rintik.

Di sebuah lampu merah, mang ojek tanya,

“Tahu jalannya ke stasiun enggak?”,tanyanya
“ga tau mang...saya bukan orang Bandung”

Batinku misuh-misuh...la apa gunanya ngojek kalo dia ga tau jalan...hahahajuurr...

Jam 16.20 aku dan tukang ojek masih saja tersendat di jalan Asia Afrika yang macet...sempruuulll....

Beruntung, tadi seorang anak muda di lampu merah memberi tahu jalan terdekat menuju stasiun

Setelah belak belok, terdengarlah suara lokomotif dan aku lihat gapura stasiun,meski ini bukan pintu utama tapi bisa lewat sini

“Mang itu stasiunnya,buruan..”, aku mulai panik karena waktu yang sudah mepet.

Pas lagi masuk ke halaman stasiun...eee di depan banjir...motor yang nekat siap-siap mogok.

Waktu sudah jam 16.35 duh 15 menit lagi,belum boarding dan masih jalan kaki lagi...

“ udah mang, saya turun sini aja,depan banjir,saya jalan kaki saja”

Kubayar 55 ribu dan aku jalan kaki menuju stasiun

Jam 16.45 aku sudah duduk di dalam gerbong Mutiara Selatan

Dan jam 16.50 kereta Mutiara Selatan berjalan meninggalkan Stasiun Besar Bandung.

                                        sejenak saja di stasiun besar Bandung

Bintang-bintang terang masih bertaburan menghiasai langit ,saat itu Senin dinihari jam 01.50 dan aku sudah berada di rumah di Jogja,duduk depan TV menanti siaran motojipi.

Aku masih bersantai sambil mengingat perjalanan seharian kemarin yang hampir saja semua berantakan.

Dan akhirnya senyum-senyum sendiri setelah berhasil menaklukkan sang waktu,dan semua urusan berjalan lancar...


-Sekian-

Komentar

  1. Kami dari keluarga besar DEWALOTTO
    Mengucapkan happy chinese new year 2020
    Semoga dihari yang istimewa ini akan membawa kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan untuk semua orang ,
    GONG XI FA CAI ^-^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer