KiPerPon : Nostalgia Bareng Ismo Trans Jaya
KiPerPon : Kisah Perjalanan Ponirin
Edisi :
nostalgia ISMO
“Nostalgia Bareng Ismo Trans Jaya”
Sebuah Catatan
Perjalanan
Sore itu aku
mendapat info kalo PO New Ismo akan ‘ngelen’ lagi Jakarta-Wonogiri-Pacitan
Tak banyak
kenangan dengan PO asli Wonogiri ini. Seingatku , jaman masih SMP kelas 2 (kalo
sekarang kelas 8) pernah ikut wisata ke Malang,dan saat itu karena tidak wajib
ikut,dari 12 kelas yang ada (per kelas rata-rata 40 murid),hanya mampu meraih
penumpang murid dan guru sebanyak 1 big bus non AC PO ISMO seat 2-2 dan 1 bus AC medium sasis Mitsubishi,namanya PO Hayumas Travel (nama ini baru keingat tadi sore hahaha...) sama-sama plat AD.
Entah
siapa yang order busnya,tapi yang big bus adalah PO ISMO warna coklat,sasis
Mercedes Benz,setir tampah,yang bagian tengahnya bisa diputer dan dibuka buat
nyimpen kunci kontak. Saat itu aku bersama hopengku,anak seorang kyai NU yang
rumahnya dekat sama rumah orangtuaku,langsung pilih seat depan kiri.
Kalo dipikir
ya aneh juga,piknik ga ada tour leader,Cuma absen tok,trus pilih kursi suka-suka
,rebutan kayak rebutan bus di arus mudik di pool Sumber Alam Pondok Ungu
hihihihi...
Nah, ada
instruksi yang cewek dan ibu guru duduk bagian depan,tapi aku dan temenku
‘megeg’..”wis ben, lungguh kene ae,nek
ora diusir rasah pindah..”
Sampe sekarang
pun aku masih bingung kenapa kalo naik bus,sering lihat yang duduk depan malah
ibu-ibu,lah kalo amit-amit ‘ngedher’ kan kena duluan to..
Trus kenapa gak
naik bus medium AC, karena bus tsb diisi oleh panitia,kepala sekolah dan
keluarganya wis pasti gak asik lah..
Akhirnya
perjalanan itu sangat mengasikkan,guyon sepanjang jalan dengan teman
karibku,kebetulan meski dia anak orang kaya yang sering dijemput Mercy Tiger sepulang sekolah (tapi seringnya naik bis kota Aspada/Puskopkar jalur 12 bareng aku) tapi dia gak cerewet dapat bus AKAP yang
dikaryakan jadi pariwisata,tidak sambat sumuk,panas,apalagi
sambat merek jok bus nya..
Kenangan bersama
ISMO yang lain saat pulang dari Jakarta,kisaran awal 2000an..
Saat itu aku ke
Jakarta bersama (alm) bapakku, berangkat ke Jakarta sih naik kereta,dan karena
aku lama banget gak nyepur,pulangnya pun berharap naik kereta lagi. Namun
urusan hari itu selesai jam 10 pagi. Kami langsung check out dari hotel Pasar Baru
(sampe sekarang kalo lewat sini aku klaksonin,sekedar mengingat kalo ada
kenangan indah bersama bapakku). Ternyata bapakku mengajakku ke terminal
Pulogadung,artinya kami akan naik bus malam. Sebetulnya aku gak terlalu
setuju..
“ nek nyepur
kesuwen ngenteni..” kata bapakku saat itu. Memang saat itu jadwal kereta tidak
ada yang berangkat siang jam tanggung,adanya pagi sama malam.
Jadilah kami
nyegat Mayasari Bhakti AC warna biru dari depan hotel/tepi kali Ciliwung, aku ingat pintu
belakangnya masih hidrolis.Singkat cerita sampailah kami di Pulogadung,
seingatku dari dulu hingga kini tak banyak berubah,kecuali ada halte
TranJakarta saja.
Berjalanlah kami
ke loket bus malam,dan dihadang banyak calo..!! (dan kondisi ini tak beda
dengan jaman sekarang)
“kemana pak..??”
tanya mereka sambil dorong-dorong.
Jujur saja,saat
itu belum kenal nama Sumber Alam, kalo nama Ramayana atau Safari Dharma Raya
sudah paham kalo bus itu bertujuan ke Jogja.
Seorang calo
membawa kami ke loket PO Ismo
“Jogja, 2..”
kata bapakku
Wanita penjual
tiket kemudian memberikan tiket kepada kami
“jam setengah
satu berangkat,ditunggu dulu ya Pak..” katanya
Kelar membeli
tiket,seorang calo menyenggol bahuku dengan keras..
“mas, ke Jogja
ki numpak Joko Kendil..!!” katanya agak keras,dan dia ngeloyor pergi
Aku paham
maksudnya,dia kecewa, dan Joko Kendil bukan bis yang asing bagiku,dulu sempat
melayani trayek Yogya-Semarang, maka kalo dia bilang begitu,seapesnya mesti
sampe ke garasi Magelang.
Sedangkan Ismo ini..
“sak ngertiku,
Ismo ora sampe Jogja loh..” kataku pada bapakku.
Ingatan jaman
sekolah dulu,masih tersimpan rapi,papan trayek Jakarta-Solo ada di balik papan
“PARIWISATA” membuatku tahu kalo Ismo gak masuk Jogja,apalagi kala SD aku pun
sering nongkrong di perempatan Tungkak dekat rumah simbahku ,main tebak-tebakan
nama bis yang melintas menuju terminal Umbulharjo, dan Ismo tak pernah melintas
di situ.
Bapakku diam
saja, beliau hanya menikmati kesemrawutan terminal. Memang jaman beliau dulu
muda,sempat hidup di Jakarta,saat peristiwa Malari 1974 beliau masih kuliah di
Jakarta,saat semua kendaraan merek Jepang dibakar massa,beliau santai aja
melintas kerumunan massa dengan Vespa Super nya..Maka soal kota Jakarta,beliau
tidak asing.
Satu jam
berlalu, bus belum datang.
“lah piye iki,
wis sejam durung ketok” , aku mulai kesal, tapi sekali lagi bapakku tetap
tenang.
Setengah tiga
sore, datang PO ISMO dengan papan trayek ‘Jakarta-Solo-Batu’
“lah rak tenan,
iku bis Solo” kataku
Kami kemudian
naik sesuai nomer kursi, saat itu dapat deret keempat atau kelima aku lupa,tapi
sebelah kiri. Dan dengkul mepet, AC gak dingin..diammppuutt...
“bis opo
iki,sempit ngene,AC ora adem..” aku mulai protes sama bapakku
“ngerti ngene
mbok mau nyepur wae to..” tambahku sambil memukul jok bus di depanku
Bus belum
dijalankan,sementara kegaduhan ada di baris tengah,seorang penumpang menempati
bangku yang bukan haknya dan yang punya hak menuntut dia tetep kudu duduk di
situ. Yang gak punya hak gak mau pindah, agen pun turun tangan.
“mas,kamu bisa
diatur gak sih,gara-gara kamu bis gak bisa berangkat”
Akhirnya penumpang
itu pindah ke bangku yang ditakdirkan untuknya.
Jam 3 sore lebih
sedikit bus dijalankan. Entah lewat mana aku gak peduli karena masih
kesal,akhirnya aku capek sendiri dan tertidur.
Saat aku
bangun,bus sudah keluar Jakarta,tolah toleh gak tau ini di mana, cuma sekarang
baru mencerna,itulah pantura.
Jam 5 sore,bus
berhenti istirahat makan, lokasinya di tepi laut,sehingga angin laut sore-sore
cukup terasa.Nama rumah makannya? Lupa...
Menjelang
senja,Ismo diberangkatkan..
Sebelum tengah
malam,ISMO sudah masuk Tegal,Jawa Tengah. Aku yang baru kali itu naik bis
malam,gak paham berapa waktu tempuh Tegal-Jogja. Sempat aku melihat bus Joko
Kendil warna putih jauh meninggalkan ISMO,bahasa anak sekarang :NGEBLONG: ..aku
manggut-manggut saja..Oooo kae to Joko Kendil.. bus lain gimana? Mbuh ra
ngurus...
Kisaran jam dua
pagi bus sempat berhenti di sekitar Bawen,penumpang yang turun pada kedinginan
lalu naik lagi..Jam tiga-an pagi bus melintas Bawen,dan bablas terus arah
Salatiga
“Pak, tenan to,
ora lewat Jogja, mengko medhak Kartosuro wae..” kataku. Pancen calo iku nggatheli, itulah yang bikin orang males
ke terminal,walau tidak semua terminal calo-nya kasar.
Menjelang
Kartasuro kami bersiap turun,tapi ternyata masih jauh,kami tetap berdiri dekat
pintu.
Jam setengah
lima,kami turun di bunderan Kartosuro. Saat itu meski sudah tau Sumber
Kencono,namun ternyata PO Langsung Jaya lah yang membawa kami menuju Jogja.
Bus bumel bermesin
depan ini dipacu kencang..
Belum sampe terminal
Klaten, bus mogok...hahahapeess..
Semua penumpang
dioper bus belakangnya..
Sampai terminal
Umbulharjo jam 06.30, kami beralih ke terminal bus kota , menunggu Kopata jalur
1 yang akan membawa kami dan ternyata jalur 1 sudah megap-megap kalah sama bus
engkel Jogja-Tempel yang saat itu berjaya karena bus Jogja-Borobudur seperti
Cemara Tunggal dan Tirto Mulyo masuk
kategori AKAP dan tidak boleh masuk kota dan harus lewat ring road selatan
,sementara rute Kopata Jalur 1 dari Terminal Umbulharjo hingga Pingit dan
sebaliknya dimakan bus engkel Jogja-Tempel yang jarang ngetem dan jamnya rapet
sehingga Kopata yang jalannya pelan dan ngetem jadi megap-megap (jaman sekarang
giliran bus Jogja-Tempel yang megap-megap karena penumpang udah jarang,udah
banyak naik motor) dan 07.30 kami sudah sampai rumah..
Limabelas tahun
kisah itu berlalu, kini aku ingin nostalgia dengan PO ISMO, meskipun kali ini
berlabel PO New Ismo Trans Jaya.
Dari info yang
kudapat,salah satu agennya ada di samping pool taksi Batu Ceper, menujulah aku
kesana. Hingga kutemukan papan agen di atas kios tambal ban
spanduk agen jadi petunjuk
“Ismo sebelah
situ mas” kata penjaga kios sambil menunjukkan rumah makan padang
Loh kok di rumah
makan Padang, antik ki..
“monggo
mas,badhe tindak kapan” tanya mas agen ramah,keramahan ini khas banget
masyarakat Wonogiri dan sekitarnya. Semoga dia tidak melihatku memakai jaket
BisMania Community,karena aku tidak ingin difasilitasi hanya gara-gara atribut.
“hmm..nganu
mas..besok nek jadi aku langsung kesini saja,soale njagani nek isih meeting
nang kantor”
“ Oo nggih
mboten nopo-nopo mas..” jawabnya
“mbenjang niku
len perdana mas , nek dinten niki perdana saking wetan” tambahnya
Wah,ngelen
perdana? Jarang-jarang loh kalo ikut bis ngelen perdana.. Aku makin bertekad
untuk ikut besok siang..ijin mulih gasik aaghh...hihihi...
ISMO dulu sempat
melayani Jakarta-Wonogiri, tapi denger-denger lebih suka fokus ke patas
Semarang-Solo dan mengoperasikan armada pariwisata dengan brand “Yellow
Wish”. Tadi mas agen bercerita, ISMO
Trans Jaya masih satu kerabat dengan ISMO, dan Trans Jaya sebetulnya adalah
mobil travel jurusan hingga Pacitan,mungkin penumpang bus yang akan ke Pacitan
akan dioper mobil kecil sesampai Wonogiri? Entahlah..
Jumat 3 September 2015,
Sebelum jam 12
siang,aku sudah bereskan pekerjaanku,aku ngojek dari depan terminal Kalideres
menuju Batu Ceper. Ongkos seharga 25 ribu naik Shogun kebo yang roda
belakangnya goyang-goyang sudah gak center..
ojek bukan gojek
Tiba di rumah
makan,langsung bayar cash , dan pesen makan siang sekalian menunggu bus yang
datang.
Mas agen sempat
menemaniku ngobrol sebentar,kata dia tiket dan spanduk baru akan dibagikan
nanti, jadi ini masih merintis. Termasuk tiket busnya nanti akan ditukar di
atas bus.
tiket sementara
13.35 Ismo Trans Jaya datang, Evobus
Mercedes Benz 1518 XBC,bukan bus baru,tapi itu gak terlalu pentinglah.
Aku naik dan di
dalam hanya ada 1 penumpang,dan 4 orang kru.
interior
Aku pilih deret
ke tiga sebelah kanan,yang kusuka dari bodi Evobus adalah kacanya yang lebar.. Sementara deret kiri adalah 8 baris, tersedia smoking area ,toilet,dan selimut, mantep tenan dengan seharga 130 ribu
tiket resmi
Bus
diberangkatkan, di depan terminal Kalideres ,naiklah 6 orang..woassyem ternyata
ada agen di sini,lah tadi malah ngojek sampe Batu Ceper..hihihi...gak papa
lah,sekalian menjalin koneksi dengan agen,dan gak rugi karena sedikit banyak
dapat cerita tentang ISMO ini.
13.55 ISMO tiba di perempatan
Cengkareng, tidak ada penumpang yang ngawe..di bawah fly over Pesing belok kiri menuju Jelambar / Jembatan Dua. Dari situ
kemudian masuk tol Angke
GT Angke 2
Aku
berpikir,apakah bus ini masuk Pulogadung atau tidak..ternyata tidak
sodara-sodara,bus langsung menuju tol dalam kota,dan masuk terminal Bekasi,
ngetem di agen..
agen terminal Bekasi
“nah..mobil gue
sekarang bagus nih...” kata ibu agen terminal Bekasi yang ikut naik ke kabin
“ ayo yang mau
bungkus makan,silahkan” tawarnya...beliau juga buka warung makan rupanya
16.10 Ismo Trans Jaya meninggalkan
terminal Bekasi,menuju Bekasi Timur, sampe pertigaan Bekasi Timur bablas...loh
kok bablas lewat jalan biasa?mau ke Cibitung lewat sini ya? Lalu bus puter
balik...wee ladalah..ini mau kemana sih..
Bus masuk ke
spbu,nyolar dulu...Oooggh...
Lalu bus menuju
Depsos,spot hunting bus dan agen-agen bus malam, tidak ada penumpang naik..
Kemudian masuk
tol..wuuss....
Keluar tol
Cikampek,tidak lewat Cipali,menuju jalur pantura lama. Penumpang saat itu 19
orang, untuk line perdana sih lumayan.
17.45 bus masuk rumah makan Toni Jaya
Servis makan
bayar sendiri..aku makan habis 28 ribu,dengan menu makan yang 'ada rasanya'
Sebuah GMS warna
biru ikut parkir di sini..Aku lanjutin makan
“mas,piringnya
boleh saya ambil..?” seorang lelaki mendekatiku..
Aku
menoleh..daaan... diampuut ini kan Dimho..
“loh sampean naik apa Dim?”
“GMS mas..”
“GMS mas..”
Eaalah..bener ya
bismania ada di mana-mana...kemudian Dimho cerita kenapa GMS pindah dari UUN ke
sini.. hmmm berarti yang ngerasain ‘kayak gitu’ gak cuma aku
tok..hihihihi...Lalu beliau juga cerita kenapa GMS belum boleh lewat Cipali..
Karena Dimho ini
‘penumpang’ GMS SE,makannya ya bareng kru..Loh apa semua penumpang SE makan di
ruang kru? Ya tidak lah,iso bangkrut rumah makan’e...hahaha
Selesai
makan,sempat berbincang dengan Dimho dan kru GMS di teras rumah makan,bercerita
tentang Ismo ini..bla..bla..bla...
di RM Toni Jaya
Dan akhirnya Dimho dan GMS kesayangannya
pamit berangkat duluan,tinggallah aku sendiri manyun bersama penjual
boneka...uhuukk...
Mengenang ISMO
yang dulu dan sekarang ini, dari rumah makannya pun sudah berbeda,dari
kenyamanan bisnya juga sudah berbeda. Sekarang tinggal waktu tiba di Solo
apakah sama bisa tiba sebelum subuh? Entahlah..
18.34 Ismo Trans Jaya diberangkatkan
kembali, pengemudi berganti,seorang pemuda yang tampaknya lebih pendiam,tapi
bawa bisnya cekat ceket, ngeblongkah? Embuh pokok’e ya ngunu lah..tapi tetep
nyaman,biar kata orang suspensi XBC itu atos tapi wahai wanita single percayalah
belaian hati Ponirin XBC itu selembut air suspension...hayah...
20.42 masuk tol Palikanci,kecepatan
standar saja
22.00 masuk Brebes.. aku senang,karena
kemungkinan besar bisa tiba di Solo masih pagi-pagi..
Tidur...
04.25 berhenti di RM Kotasari
Gringsing..yah pupus dah..jam segini baru sampe Gringsing,ada apakah..? melihat
status para komuter mingguan di FB,sepertinya tadi terjadi kemacetan panjang ,apalagi
kru juga bercerita.
Ya wis,ngopi
dulu aja.. udah lama gak mengalami romantisme seperti ini,ngopi pagi di rumah
makan..
di RM Kotasari Gringsing
05.05 Ismo Trans Jaya dijalankan lagi
,balik ke sopir pinggir. Melaju santai.
06.06 masuk tol Krapyak, bareng sama
Kramat Djati “Gemilang” saat di tol Bawen beriringan dengan “Gemilang” liat
dalemannya...eehh ada dab Doni Pras yang senasib kesiangan masuk Salatiga..
dadah dadah dulu... pancen owk bismania itu ada di mana-mana terutama kalo
malem Sabtu atau malem Senen,rame wis hihihihi...
sama-sama kesiangan bersama KD 'Gemilang-Bagaskara'
Aku sempat
bertanya sama kru,soalnya ini request dari dab Doni..”pak kalo dari timur
ngontak siapa?”
“ngontak nomer
di tiket aja mas..” jawabnya
“tadi agen Batu
Ceper cerita,ada satu anak bismania yang ikut,la sampean itu mau kemana mas?”
Eehh..konangan
juga gara-gara kemarin waktu nanya tiket pake jaket BisMania,bukan apa-apa la
wong itu jaket harianku,kalo belum mambu
kecut ya belum tak cuci ...hihihii...
Akhirnya..
08.40 tiba di terminal Tirtonadi
Surakarta..setelah berterimakasih,aku bergegas turun dan jepret-jepret dapat
bokongnya...
finish di terminal Tirtonadi Surakarta
Ya meski
kedatangan tidak sepagi limabelas tahun lalu,tapi senang bisa bernostalgia
denganmu..
Aku kemudian
berjalan menuju tempat pemberangkatan bus jurusan Jogja, siapa yang datang
duluan ,aku naikin,dan dapatlah Sugeng Rahayu ATB menuju Jogja..
ATB
-sekian-
Ismo Trans Jaya
Jakarta-Wonogiri tarif flat : Rp. 130.000,-
Salam,
Ponirin Hendi
BMC Jkt-062
Komentar
Posting Komentar